Angka Kematian Ibu Turun Drastis
Oleh : Afif Nurjanah, Amd.keb
Kesehatan
ibu dan anak terus menjadi perhatian pemerintah Indonesia. .Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Ban Ki-moon rencananya akan mengadakan
konferensi pers pada Rabu mendatang (21/4) di New York, Amerika Serikat, untuk
memulai sebuah inisiatif global baru soal reproduksi serta kesehatan ibu dan
bayi yang baru lahir. Jurnal kedokteran Inggris Lancet yang
terbit pada Minggu (18/4) menyebutkan bahwa jumlah wanita yang meninggal dalam
kehamilan atau melahirkan telah menurun lebih dari 35 persen selama 28 tahun.
Editor Lancet,
Richard Horton, mengaku kecewa ketika pendukung isu kesehatan ibu dan bayi
malah menekannya untuk menunda penerbitan laporan sampai September 2010,
setelah sejumlah pertemuan penting soal penggalangan dana. Dia juga menulis
komentarnya soal tekanan itu diLancet.
”Para
aktivis (kesehatan ibu dan anak) berpendapat angka kematian ibu dan bayi yang
jauh lebih rendah justru mengurangi pesan yang mereka ingin sampaikan. Padahal,
advokasi kadang-kadang bisa didapatkan melalui ilmu pengetahuan,” katanya
seperti dikutip The
Associated Press, Rabu (14/4). Dia tidak menyebut secara jelas nama
kelompok atau individu yang mencoba mendesaknya.
Sementara
itu, dalam makalah Christopher Murray dan rekan-rekannya di Metrics at the
Institute for Health di University of Washington, Amerika Serikat, menyebutkan
data bahwa kematian ibu telah turun cukup jauh dari sekitar 500.000 kematian
pada 1980 menjadi sekitar 343.000 orang pada 2008.
Penelitian
di Lancet sendiri didasarkan pada data yang sudah tersedia sebelumnya pada
model statistik tambahan yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates
Foundation. Ini adalah sebuah temuan mengejutkan bagi para ahli yang sebenarnya
telah lama mengasumsikan bahwa sedikit kemajuan yang telah dibuat menyangkut
kesehatan ibu dan bayi. Tetapi pada Selasa (13/4),
laporan lain yang diangkat The Partnership for Maternal, Newborn and Child
Health, aliansi global yang dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO) menyatakan kemajuan dalam kesehatan ibu disebut ”tertinggal”. Menurut ”analisis rinci” mereka, dari 350.000 kasus menjadi 500.000
wanita yang meninggal saat melahirkan setiap tahunnya. Penulis laporan ini
tidak menjelaskan dari mana data mereka berasal atau apa jenis analisis yang
digunakan untuk mendapatkan angka tersebut.
Dalam
laporan itu juga disebutkan, pejabat PBB menuturkan bahwa mereka membutuhkan
USD20 miliar setiap tahun antara 2011 dan 2015 untuk menyelamatkan perempuan
dan anak-anak di negara berkembang. Dr Flavia Bustreo, Direktur The Partnership
for Maternal, Newborn and Child Health, membantah ada konflik antara kelompok
studinya dan studi Lancet.
Dia
mengaku kelompoknya tidak mungkin terlibat dalam menekan jurnal Lancet untuk
tidak memublikasikan hasil studi yang dilakukan Murray. ”Debat soal data ini
memang akan berjalan terus,” kata Bustreo. ”Tetapi, kami menyambut baik berita
ini bahwa akhirnya ada harapan kemajuan untuk kesehatan ibu,” tambahnya.
Diketahui
dalam dunia kesehatan masyarakat, kabar baik dapat menjadi paradoks dari kabar
buruk. Semakin banyak orang yang sekarat, semakin banyak dana yang akan
digelontorkan PBB, yang membuat para pakar kesehatan kurang tertarik untuk
mengakui bahwa masalah ini tidak seburuk yang pernah mereka pikir.
Selama
bertahun-tahun misalnya, Badan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) mengancam bahwa
epidemi akan tersebar luas di antara populasi umum di negara-negara di seluruh
dunia dan diklaim lebih dari 40 juta orang akan terinfeksi HIV/AIDS. Dana untuk
proyek melawan HIV/AIDS ini akhirnya terus meningkat setiap tahun.
PBB
berencana menjadi tuan rumah pertemuan para ahli kesehatan masyarakat dan
menteri yang menangani kesehatan ibu dan anak pada minggu ini di New York,
diikuti oleh satu lagi pertemuan di Washington pada Juni. (Koran SI/Koran SI/tty)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar