Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Kamis, 09 Mei 2013

KASUS GANGGUAN PSIKOLOGI KEHAMILAN PALSU / PSEUDOSIESIS DAN PENANGANANNYA


KASUS GANGGUAN PSIKOLOGI KEHAMILAN PALSU / PSEUDOSIESIS DAN PENANGANANNYA
A.      Contoh kasus pseudosiesis
Seorang wanita berusia 30 tahun berinisial S. Ia sudah lama ingin merasakan bagaimana rasanya hamil dan menginginkan kehadiran seorang bayi. Ia dan suaminya telah melakukan segala cara untuk mendapatkan keturunan, mulai dari segi medis, spiritual, terapi, termasuk melakukan coitus yang teratur sesuai instruksi dokter namun hasilnya tetap sama. Mereka belum juga mendapatkan momongan.
Suaminya telah pasrah dengan keadaan ini, namun keinginan suhartin untuk segera hamil membuatnya mengalami proses inhibisi. Dia merasa bersalah kepada suaminya karena tidak bisa memberikan keturunan. Ia seolah-olah menghukum dirinya sendiri yang kemudian ia kompensasikan dalam bentuk agresivitas, secara simultan hingga ia merasakan gejala yang mirip dengan kehamilan pasti.
Ia tidak datang bulan, payudara, pinggul dan perutnya membesar. Ia sangat bahagia dengan keadaan tersebut karena ia menganggap dirinya telah hamil. Ketika suaminya mengajaknya untuk memeriksakan diri kedokter, ia menolak. Ia lebih memilih menggunakan tes HCG untuk memastikan kehamilannya.
Namun diluar dugaannya, hasilnya negatif. Belum begitu yakin, ia menerima ajakan suaminya untuk memeriksakan kehamilannya ke Dokter. Dokter melakukan tes USG terhadapnya, namun tidak ada kantung kehamilan disana. Suhartin semakin kecewa. Dokter dan suaminya mencoba menenangkan dan memberikan pengertian kepada suhartin, namun depresi yang dihadapinya lebih parah daripada peristiwa abortus.

B.       Pengertian pseudosiesis
Pseudosiesis adalah kehamilan imaginer atau palsu, gejala kehamilan ini secara psikis lebih berat gangguannya daripada peristiwa abortus. Biasanya gejala yang timbul seperti tanda hamil yang pasti yaitu berhentinya menstruasi, membesarnya perut,  payudara jadi besar, pinggul jadi besar, perubahan – perubahan kelenjar endokrin, dan lain-lain.
Pada kehamilan pseudosiesis secara psokologis ada sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus di barengi ketakutan untuk merealisir keinginan punya anak, sehingga terjadi proses inhibisi. Keinginan – keinginan tersebut dibarengi rasa bersalah dan dorongan untuk menghukum diri sendiri yang kemudian di kompensasikan dalam bentuk agresivitas, secara simultan, berbarengan muncul kesediaan untuk tidak menyadari bahwa kehamilannya ilusi belaka. Oleh komponen yang kontradiktif ini biasanya wanita tidak mau ke dokter untuk memeriksakan dirinya.
Kehamilan palsu (pseudocysis) adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita berada dalam kondisi yang menunjukkan berbagai tanda dan gejala kehamilan seperti tidak mendapat menstruasi, adanya mual-muntah, pembesaran perut, peningkatan berat badan, dan gejala kehamlan lainnya, bahkan kadang kala hasil tes urin dapat menjadi positif palsu (fals positif), tetapi sesungguhnya tidak benar-benar hamil (suririna, 2005). Faktor yang sangat sering berhubungan dengan terjadinya kehamilan palsu adalah fakor emosional/psikis yang menyebabkan kelenjar pituiteri terpengaruh sehingga menyebabkan kegagalan system endokrin dalam mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil.
Tanda gejala gangguan psikologi pseudocyesis
Wanita dengan kondisi pseudocyesis memiliki kondisi psikologis seperti berikut ini:
a.       Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya, yaitu ingin sekali menjadi hamil,sekaligus tidak ingin menjadi hamil. Ingin memiliki anak yang dibarengi dengan rasa takut untuk menetralisasi keinginan mempunyai anak.
b.      Keinginan untuk menjadi hamil terutama tidak sekali timbul dari dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam, sikap bermusuhan, dan harga diri. Sebagai contoh wanita yang steril.
c.       Secara bersamaan muncul kesedian untuk menyadari, sekaligus kesedian untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah ilusi belaka.
d.      Wanita dengan pseudocyesis tidak telepas dari pseudologi, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan kedepan untuk mengingkari hal-hal yang tidak menyenangkan.

C.       Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudocyesis
Peristiwa pseudocyesis merujuk pada peristiwa  pseudologia, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan kedepan untuk mengingkari atau menghindari realita yang tidak menyenangkan. Wanita pseudoyesis ingin sekali menonjolkan egonya untuk menutupi kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilihlah aliran konseling psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien, pengaruh dari pengalaman  diri pada kepribadian individu, serta irosionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.
Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin agar klien merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit. Proses ini bisa dilakukan dengan meminta klien berbaring di sofa dan konselor di belakang (sehingga tidak terliahat). Konselor berupaya agar klien mendapat wawasan dengan menyelami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan. Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat menghadapi ansietas dengan realistis, serta dapat mengendalikan tingkah laku irasional (lesmana 2006).

Diposkan oleh : Imas Cahyaning Pratiwi, Amd. Keb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar