Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Kamis, 09 Mei 2013

MEKANISME PELEPASAN PLASENTA



 OLEH : LIA KHIKMATUL MAULA

A.     Pengertian
Pada kala III persalinan otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya implantasi plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus (Depkes RI, 2007 : 123).
Kala III persalinan dimulai dari kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta dan selaput ketuban (Jones, 2001 : 75).  
Tiga tanda lepasnya plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat memanjang dan semburan darah mendadak dan singkat (Depkes RI, 2007 : 124).
B.     Tahap-Tahap pelepasan plasenta
Proses kelahiran plasenta ini berlangsung 5-30 menit dengan kontraksi uterus 2-3 menit sekali. Antara multipara dan primipara biasanya tidak terdapat perbedaan pada durasi kala III (Farrer, 2001 : 128).
Kala III terdiri dari 2 fase yaitu 
a)   Fase pelepasan uri
Selama proses persalinan terjadi kontraksi otot rahim yang disertai retraksi, artinya panjang otot rahim tidak kembali pada panjang semula sehingga plasenta terlepas dari implantasinya. Umumnya pelepasan terjadi dalam 5 menit terahir kala II.
Gejala – gejala yang menunjukkan terjadinya pelepasan plasenta meliputi :
1.            Keluarnya darah dari vagina
2.            Tali pusat diluar vagina bertambah panjang
3.            Fundus uteri didalam abdomen meninggi pada saat placenta keluar dari uterus masuk kedalam vagina.
4.            Uterus menjadi keras dan bulat
b)   Fase pengeluaran
Apabila gejala – gejala tersebut sudah ada diatas maka plasenta sudah siap untuk dikeluarkan. Kalau pasiennya sadar maka ia diminta untuk mengejan sementara dilakukan tarikan perlahan – lahan pada tali pusat.
C.     Cara – Cara Pelepasan Plasenta
1)      Cara pelepasan menurut Duncan
Lepasnya uri mulai dari pinggir,jadi pinggir uri lahir duluan. Paling sering terjadi (20 %). Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
2)      Cara pelepasan menurut Schultte
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri mula – mula bagian tengah,kemudian seluruhnya. Menurut cara ini,perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
D.    Perasat Pelepasan Plasenta
1)            Perasat kustner
Tangan kanan menegangkan tali  pusat, tangan kiri menekan di atas simfisis pubis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke dalam vagina berarti plasenta telah lepas.
2)            Perasat strassman
Tangan kanan mengangkat tali pusat, tangan kiri mengetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belum lepas.
3)            Perasat klein
Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun, bila berhenti mengejan, tali pusat masuk lagi, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus
4)            Perasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan memegang dan mngencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawanan, dapat terjadi :
·                    Tarikan terasa berat dan tali pusat tidak memanjang, berarti plasenta belum lepas.
·                    Tarikan terasa ringan (mudah) dan tali pusat memanjang, berarti plasenta telah lepas
·                    Pengeluaran selaput janin ( membrane ) dilakukan sedemikian rupa sehingga selaputnya dapat keluar dengan utuh.
·                    Plasenta yang telah lahir dipegang selanjutnya selaput ditarik dan dipilinkan seperti tali.
·                    Ditarik dengan klem perlahan – lahan
·                    Dikeluarkan dengan manual dan digital

Normalnya, pelepasan uri ini berkisar ¼ - ½ jam sesudah anak lahir, namun kita dapat menunggu paling lama sampai 1 jam. Tetapi bila banyak terjadi perdarahan atau bila ada persalinan – persalinan yang lalu ada  riwayat  perdarahan  postpartum, maka tak boleh menunggu, sebaiknya plasenta dikeluarkan dengan tangan. Juga kalau perdarahan sudah lebih dari 500 cc sebaiknya uri langsung dikeluarkan secara manual dan diberikan uterus tonika.

REFERENSI

Depkes, RI (2007). Asuhan Persalinan Normal (Rev.ed). Jakarta :
        Depkes RI.
   Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
   Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
   Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
     Mochtar, R. (1998). Sinopsis obstetri. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar